Het Schoentje Zetten

Ketika kecil dulu, saya dan adik punya kebiasaan setiap tanggal 5 Desember tengah malam menaruh sepatu di depan pintu, dengan segenggam rumput ditaruh di bawah sepatu. Lalu besoknya melonjak kegirangan mendapat kado natal “dari Sinterklaas” yang diletakkan rapi di atas sepatu.

Ternyata, ini adalah kebiasaan orang Belanda….

Kebiasaan menaruh sepatu di dekat perapian sudah dilakukan sejak abad ke-15 di Belanda. Pertama kali dibuat oleh gereja, dan sebenarnya diperuntukkan bagi masyarakat miskin yang kurang beruntung. Dari arsip gereja St. Nicholas di Utrecht diungkapkan bahwa sejak tahun 1427 setiap tanggal 5 Desember dibuat program sepatu malam Natal ini.

Ketika Sinterklaas menjadi bagian dari kebiasaan Natal keluarga, maka anak-anak pun mulai ikut-ikutan menaruh sepatu Natal di dekat perapian. Wortel (dan susu) ditaruh berdampingan dengan sepatu mereka, katanya itu adalah makanan untuk Amerigo, kuda kesayangan Sinterklaas. Makin kesini, ‘perintilan’ yang ditaruh dalam sepatu pun makin bertambah, mulai dari surat untuk Sinterklaas, daftar permintaan kado, hingga gambar/lukisan buatan sendiri sebagai ucapan terima kasih untuk Sinterklaas.

Sekarang ini, bagi sebagian orang, khususnya anak-anak yang tidak sabaran (seperti krucil saya hehe), menaruh sepatu sudah tidak lagi dilakukan persis pada tanggal 5 Desember, tapi dalam periode selama Sinterklaas ‘berada’ di Belanda.

Catatan kecil: setiap akhir bulan November Sinterklaas secara nasional ‘disambut’ oleh masyarakat Belanda. Acara penyambutan Sinterklaas, yang turun dari boat yang penuh kado bersama knecht-nya, para zwarte Piet, yang datang jauh-jauh dari Spanyol, ditayangkan secara nasional dan bahkan disambut oleh Walikota setempat. Sinterklaas berkeliling Belanda dari tanggal tersebut hingga tanggal 5 Desember. Selama periode ini, seperti sudah menjadi hukum tak tertulis, di setiap rumah BELUM dipasang pernak-pernik Natal. Hiasan Natal mulai digelar begitu Sinterklaas ‘cabut’ dari tanah Belanda.

 img_3729-copy

Kembali ke cerita Sinterklaas…

Ketika si abang dan noni mulai sangat bersemangat mengatur sendiri sepatu mereka di depan perapian, saya lalu bertanya-tanya dalam hati; seberapa sering mereka bisa mengatur sepatu mereka untuk sebuah kado….?

Dari sebuah forum diskusi orangtua, saya dapati jawaban yang bervariasi. Ada yang berpendapat sekali saja cukup. Namun ada juga jawaban yang bilang seminggu sekali. Malah ada yang jawab 2-3 kali seminggu. Saya rasa yang jawab ini datang dari keluarga kaya raya ckckck…. 😉

Anyway, seberapa seringnya sepatu diatur, tentu itu tergantung aturan keluarga masing-masing. Walaupun dari forum orangtua yang saya sebut diatas mayoritas jawaban adalah 2 kali seminggu, namun saya dan suami membuat aturan hanya sekali saja mereka bisa schoen zetten (schoen: sepatu; zetten: mengatur/menata). Toh, mereka masih dapat kado Sinterklaas dari sekolah, dari tempat les, dari kantor ayah, dan kado ayah bunda di hari Pakjesavond.

Hmmm…by the way…, apa itu Pakjesavond? Silahkan baca di blog tua saya cerita tentang Pakjesavond. (Psstttt….tolong jangan di-add/subscribe yaa… Blog tersebut sudah mati suri hehe…)

Sekedar intermezzo…., ada teman yang pernah berkomentar, buat apa segala kerepotan menyiapkan kado Schoen zetten dan Pakjesavond. Menurutnya hanya sebuah pemborosan. Mungkin ada dari anda yang sepikiran dengan teman saya ini.

Ini bukan yang pertama kali saya dengar. Si ayah juga pernah berkomentar hal yang sama. Katanya, jaman kecil dulu dia tidak pernah mengalami hal-hal seperti ini. Dan tambahnya, “aku bertumbuh fine fine aja tuh ….”

Saya bilang, “kalau kau berpikiran begitu, kau adalah orangtua yang egois…” Hanya karena kau tak mengalaminya waktu kecil dulu, bukan berarti anakmu jadi tak punya hak untuk memiliki pengalaman masa kecil yang lebih baik darimu. Beda masa, beda generasi, beda situasi. Bukankah orangtua yang baik mengusahakan anak-anaknya memiliki yang jauh lebih baik dari orangtuanya, bukan hanya pada hal materi, namun terlebih lagi dalam hal pengalaman dan memori…?? Anyway, singkat cerita, ayah sekarang sangaaatttt bersemangat membuat memori keluarga. Kata ayah, untuk segala sesuatu yang sifatnya fun, ayah percayakan penuh pengaturannya pada bunda. Dengan catatan, jangan sampai over budget hahahaaa…. ^___*

 img_3693-copy

Pada intinya, bukanlah kado yang utama, tapi membuat memori bersama keluarga. It’s not presents-giving what makes December so special, but memories-making (BundaNayLa, 2016) ^_____^

Jika ada waktu dan kesempatan (ahh terlalu sering saya janji menulis tapi toh bolong juga hehe), saya akan berbagi cerita tentang malam 5 Desember kami….

debagpacker-signature

Sumber:

Wikipedia.nl

Sinterklaasfan.nl

Ouders.nl

18 Comments Add yours

  1. cerita4musim says:

    hahhaha sama, aku jg naro sepatu pas tgl 5 desember, tp keknya dari kecil udah tahu kl kado2 itu dari nyokap :))

    1. Sejak itu pasti suka ngirim ‘signal’ mau dikadoin apa hahaha 🙈😜✌️️

  2. jejakandi says:

    Semua yang di tulis dalam artikel ini adalah hal yang sama sekali baru. Wah sepertinya seru tuh…

  3. jejakandi says:

    Pengetahuan yang sama sekali baru bagiku. Kami tidak punya tradisi seperti itu… Sepertinya seru banget lah ya…

    1. Terima kasih udah mampir… senang kalo postingan ini bisa menambah pengetahuan…
      salam 🙏

  4. Grant says:

    wah seru banget ya cerita sinterklaasnya. ditunggu cerita 5 decembernya. 🙂

    1. Terima kasih udah mampir, Grant 🤗😊

  5. ajheris says:

    Di tempat aku juga, pernak pernik natal dipasang malah mendekati hari H. Yang ada tradisi lampu adven di jendela. Atau lampu gantung seperti bintang. Walaupun di kota besar mungkin sudah ada yang pasang. Termasuk gue dong melanggar tradisi itu hahaha

    1. Wahh aku penasaran sama tradisi lampu adven dan lampu gantung… disini tradisi itu (kayaknya) ga ada deh…

      1. ajheris says:

        Iya swedia khas bgt dengan lampu itu. Sebagian besar pasang apalagi di dalarna. Aku sering post di ig bentuk lampunya. Dan ada post di blog juga. https://ajheris.com/2016/11/26/tradisi-minggu-adven-di-swedia/ ini linknya. Kalau mau baca sih pat hahahah semoga berguna ya

      2. siippp ka… aku cusss baca link nya… maklum ini blogger yg buka wp senen-kemis hahaha… ^____*

  6. Bicara tentang sepatu yang disusun gitu, jadi inget waktu esede. Ada temanku yang Kristen melakukan hal itu. Misalnya nih, Kamis sore (kami masuk siang) dia cerita kmrn malam (Rabu ) ngatur sepatu katanya (tapi cuma sebelah aja, aku bingung nyusun kok cuma 1) Terus besoknya kan dapat hadiah sesuai permintaannya (Jumat pagi,katanya sih). Terus hadiahnya sebagian ada yang dipamerin ke sekolah. Terus kubilang ke kawan tuh, kalo nyusunnya 22 kan bisa dapat lebih banyak lagi tuh. Eh, dianya ngikuti kataku. Habis tuh besoknya dia bilang kena marah, nggak boleh serakah #hahaha.. Kalo inget waktu kecik dulu lucu2. Salam kenal mbak.

    1. Wahh…hahahaa….. ini cerita serupa tapi tak sama: saking senangnya krucilku dapat kado di sepatu, besoknya sepatu mereka ditata lagi. Yah, besoknya bukannya dapat kado malah dapat omelan dari ayah.. Jadi anak jangan maruk hahahhaaa….
      Salam kenal juga mba… ^____^

  7. yonathansj says:

    momen sama keluarga itu emang irreplaceable sih, makanya harus bikin momen sebanyak-banyaknya selagi masih sempat.

    1. _PatriCia_ says:

      Setuju…. Makasih, btw, sudah mampir… 🙂

      1. yonathansj says:

        Sama-sama, salam kenal Mba!

      2. _PatriCia_ says:

        Salam kenal 🙋😁

Leave a reply to cerita4musim Cancel reply